LAPORAN
MK. SISTEM
INFORMASI PERENCANAAN
EVALUASI KESESUAIAN
LAHAN DI KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL - DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun
Oleh :
1.
Filza Ardi
Hapsoro - 610014031
2.
Irenius Like Soa
- 610014020
3.
Liska Wahyuni –
610014031
4.
Gregorius Nampung
- 610014041
5.
Wahyu Kusuma
Wardoyo - 610014057
6.
Maria Melania
Ladja Wea - 610014090
7.
Maria Adelfina
Nonce Mau – 610014094
TEKNIK PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA
SEKOLAH TINGGI
TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
TAHUN 2016
Kata Pengantar
Segala
puji dan syukur penyusun haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Sistem Informasi
Perencanaan ini, yang merupakan salah satu syarat guna mendapatkan nilai. Dalam
kesempatan ini tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen
pembiming Ibu Lulu Mari Fitria, S.T yang telah membimbing dan membantu dalam
pembuatan tugas ini hingga selesai.
Dalam penyusunan makalah ini,
penyusun menyadari masih jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan sehingga kedepannya penyusun
dapat memperbaiki kesalahan pada tugas – tugas selanjutnya.
Semoga
tugas ini bermafaat untuk para pembaca khususnya Mahasiswa Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kecamatan
Ngawen merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul.
Kecamatan Ngawen terkenal dengan zona Perbukitan Batur Agung, sehingga
wilayahnya berbukit-bukit dan terdapat sungai diatas permukaan tanah. Kecamatan
Ngawen memiliki ketinggian < 200 m dan kelerengan < 8% sampai datar (0 –
2%). Arah pengembangan wilayah ini adalah bidang pertanian serta sebagai
konservasi sumberdaya air. Namun,
pemanfaatan lahan yang terdapat di Kecamatan Ngawen belum dapat dilakukan secara
optimal karena kemampuan daya dukung sumber daya manusia yang masih sangat
terbatas, masih banyak terdapat lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh
penduduk.
Potensi
Kecamatan Ngawen sangat tinggi dalam bidang produksi yaitu produksi hasil
sawah, ladang/tegalan maupun hasil budidaya penduduk yang kebanyakan menanam
pohon jati di pekarangan sekitar rumah. Hal tersebut merupakan salah satu
potensi ekonomi yang dimiliki oleh penduduk Kecamatan Ngawen. Potensi lainnya
yaitu potensi pariwisata di Perbukitan Batur Agung yang apabila dikelola dengan
baik akan menambah pemasukan daerah. Pada Zona Perbukitan Batur Agung telah
dimanfaatkan sebagai sumber irigasi untuk mengairi sawah milik penduduk. Setiap
wilayah mempunyai sumberdaya yang berbeda-beda, baik sumberdaya alam, buatan,
dan sumberdaya manusianya. Perbedaan dalam hal sumberdaya, dan kebutuhan dalam
pencapaian tujuan daerah akan menimbulkan perbedaan dalam hal kebijakan yang
akan dijalankan. Untuk itu, perlu dilakukan analisis dan evaluasi potensi dan
pemanfaatan sumberdaya yang ada di wilayah tersebut.
Analisis
kesesuaian lahan di di Kecamatan Ngawen digunakan untuk mengetahui daerah mana
saja yang sesuai untuk peruntukkannya dan tidak, menggunakan overlay peta jenis
tanah, curah hujan, kelerengan, dan penggunaan lahan dengan aplikasi GIS.
1.2
Tujuan
:
a.
Identifikasi
kesesuaian lahan di Kecamatan Ngawen
b.
Evaluasi
kesesuaian lahan di Kecamatan Ngawen.
1.3
Metode
Pengumpulan Data
Dalam
proses penyusunan laporan ini penyusun menggunakan metode sekunder yang
diperoleh dari internet dan BPS Gunung Kidul.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM KECAMATAN NGAWEN
2.1 LETAK
GEOGRAFIS
Kecamatan Ngawen terletak pada posisi
astronomi antara 7o,47’00 - 7o,53’120 LS dan 110o,39’10
- 110o,44’30 BT. Luas wilayah kecamatan Ngawen sebesar 46,59 km2,
atau 3,14% dari seluruh wilayah daratan Kabupaten Gunung Kidul. Secara
geografis kecamatan Ngawen berada disebelah utara Kabupaten Gunung Kidul,
kerang lebih 25 km dari kota Wonosari. Wilayah daratan kecamatan Ngawen
dikelilingi oleh wilayah administrasi kabupaten Klaten disisi utara, kemudian
kecamatan Semin disisi timur. Sedangkan wilayah selatan berbatasan dengan
kecamatan Karangmojo dan Semin. Wilayah barat berbatasan dengan kecamatan
Nglipar dan Gedangsari.
Peta
2.1 Administrasi
Kecamatan Ngawen terkenal dengan zona
Perbukitan Batur Angung, sehingga wilayahnya berbukit-bukit dan terdapat sungai
diatas permukaan tanah. Kecamatan Ngawen memiliki ketinggian < 200 m dan
kelerengan < 8% sampai datar (0 – 2%). Arah pengembangan wilayah ini adalah
bidang pertanian serta sebagai konservasi
sumberdaya air. Sebagian besar penduduk Kecamatan Ngawen adalah petani.
Luas lahan pertanian di Kecamatan Ngawen meliputi 4.152,1 ha atau sekitar 62%
dari seluruh luas Kecamatan Ngawen. Petani di Kecamatan Ngawen memanfaatkan
lahan sebagai sawah tadah hujan, dan tegalan yang ditanami jagung. Pada
kecamatan Ngawen sebagian besar lahan dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya
yaitu hutan produksi.
Kecamatan Ngawen terbagi menjadi 6 desa. Desa
yang terluas yaitu Desa Beji dengan luas 8,84 km2 atau mencakup 18,97 persen
dari luas wilayah Kecamatan Ngawen. Desa terluas kedua adalah Desa Kampung
dengan luas 8,82 km2. Sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil yaitu Desa
Tancep yang hanya mencakup 10,80 persen dari luas wilayah Kecamatan Ngawen.
Sedangkan desa Tancep terletak di bagian utara kecamatan Ngawen yang berbatasan
dengan Kecamatan Bayat di bagian barat sedangkan di bagian timur berbatasan
dengan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten PropinsiJawa Tengah.
Tabel
2.1 Luas Wilayah Desa di Kecamatan Ngawen
Desa
|
Luas Desa km2
|
% Luas Desa
|
|
1
|
Watusigar
|
7.01
|
15,05
|
2
|
Beji
|
8,84
|
18,97
|
3
|
Kampung
|
8,82
|
18,93
|
4
|
Jurangjero
|
8,14
|
17,47
|
5
|
Sambirejo
|
8,75
|
18,78
|
6
|
Tancep
|
5,03
|
10,80
|
|
Total
|
46,59
|
100,00
|
Sumber
: Kantor Kecamatan Ngawen
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan input peta untuk
menghasilkan peta kesesuaian lahan :
1.
Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Ngawen
Dari peta kelerengan
Kecamatan Ngawen diatas beberapa wilayah Kecamatan Ngawen dibag atas beberapa
tingkat kelerengan diantaranya kelerengan 0 – 2 % hampir berada disetiap
wilayah Kecamatan Ngawen (Desa Watusigar, Kampung, Beji, Sambirejo). Tingkat
kelerengan 2 – 8 % terdapat di Desa Sambirejo dan Tancep namun hanya sebagian
kecilnya saja. Tingkat kelerengan 8 – 15 % terdapat di Desa Watusigar. Tingkat
Kelerengan 15 – 25 % terdapat di Desa Sambirejo, Tancep, dan Jurangjero.
Tingkat kelerengan 25 – 40 % terdapat di Desa Jurangjero dan Tancep. Dan tingkat
kelerengan yang paling curam yaitu >40% terdapat di Desa Jurangjero. Pada
kelerengan yang >40%, darah tersebut merupakan kawasan lindung yang tidak
diperbolehkan adanya kegiatan manusia lainnya.
Skor
Kelerengan
No
|
Kelas
|
Lereng (%)
|
Deskripsi
|
Skor
|
1
|
I
|
0-2
|
Datar
|
20
|
2
|
II
|
2-15
|
Landai
|
40
|
3
|
III
|
15-25
|
Agak curam
|
60
|
4
|
IV
|
25-45
|
Curam
|
80
|
5
|
V
|
>45
|
Sangat curam
|
100
|
Sumber :SK Menteri Kehutanan No.
837/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/1981
2. Peta
Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Jenis Tanah Kecamatan Ngawen diatas
terdapat empat jenis tanah diantaranya Latosol, Litosol, Rendzina, dan Mediteran
merah dan Rendzina.
Tabel
Kelas Tanah Menurut Kepekaan Erosi dan Nilai Skor
No
|
|
Kelas
|
Jenis Tanah
|
Deskripsi
|
Skor
|
1.
|
|
I
|
Alluvial, Tanah Gley, Planosol,
Hidromorf, kelabu, Laterit Air Tanah
|
Tidak
peka
|
15
|
2.
|
|
II
|
Latosol
|
Kurang peka
|
30
|
3.
|
|
III
|
BrownForest, Nonn Caltic Brown,
Mediterania
|
Peka
|
45
|
4.
|
|
IV
|
Andesol, Lateric, Grumosol,
Podsol, podsotic
|
Peka
|
60
|
5.
|
|
V
|
Rebosol, Litosol, Organosol,
Renzina
|
Sangat
peka
|
75
|
Sumber :SK Menteri Kehutanan No.
837/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/1981
3. Peta
Curah Hujan
Berdasarkan
peta curah hujan diatas, curah hujan di Kecamatan Ngawen tergolong curah hujan
sedang.
No
|
Interval (mm/tahun)
|
Deskripsi
|
Skor
|
1
|
0-2000
|
Sangat
rendah
|
10
|
2
|
2000-2500
|
Rendah
|
20
|
3
|
2500-3000
|
Sedang
|
30
|
4
|
3000-3500
|
Tinggi
|
40
|
5
|
>3500
|
Sangat
tinggi
|
50
|
Sumber : SK Menteri Kehutanan
No. 837/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/1981
4. Peta
Penggunaan Lahan
Secara
umum evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesesuaian lahan permukiman di Kabupaten Magelang khususnya untuk peruntukan
kawasan permukiman. Evaluasi kesesuaian lahan permukiman didasarkan atas 4
(empat) parameter yaitu intensitas curah hujan, kelerengan, jenis tanah dan pengunaan
lahan. Berikut hasil dan pembahasannya.
Kesesuaian Lahan di Kecamatan Ngawen
Langkah
awal dalam evaluasi ini adalah melakukan pemetaan kesesuaian lahan Kecamatan
Ngawen. Peta kesesuaian lahan ini diperoleh dari hasil overlay peta curah
hujan, kelerengan jenis tanah, dan penggunaan lahan. Dari hasil analisis ini
diperoleh tiga kelas kesesuaian lahan yaitu kawasan budidaya, kawasan penyangga
dan kawasan lindung.
Dari
hasil peta diatas, dapat diketahui bahwa persebaran kawasan budidaya yaitu
kawasan yang diperbolehkan untuk kegiatan dan aktivitas terbangun terutama
permukiman menyebar di Desa Watusigar, Beji, Kampung, Tancep dan Sambirejo.
Pola persebarannya berada pada satu kesatuan. Hal ini menunjukkan bahwa dari
kelas keleregan, jenis tanah dan curah hujan hanya wilayah tengah Kecamatan
Ngawen yang sesuai. Selanjutnya ke wilayah pinggiran mendekati kawasan
kelerengan yang tinggi yaitu Desa Jurangjero merupakan kawasan lindung.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuserima kasih kak sudah post tentang kecamatan ngawen,
BalasHapusoiya mohon maaf apakah saya bisa kontak untuk dihubungi untuk bertanya dan belajar ?
mohon info, dimana dapat data jenis tanah, curah hujan utk skala kecamatan di Gunungkidul?
BalasHapus